Ankara, 15 Juli 2025 – Tim nasional Pencak Silat Indonesia kembali menunjukkan dominasinya di pentas internasional dengan menyabet 7 medali emas, 3 perak, dan 2 perunggu dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat 2025 yang digelar di Ankara, Turki. Dengan pencapaian ini, Indonesia keluar sebagai juara umum, menandai kembalinya kejayaan bela diri asli Nusantara ke level tertinggi.
Lebih dari sekadar perolehan medali, pencapaian ini juga menjadi momentum penting bagi revitalisasi pencak silat sebagai olahraga global dan warisan budaya dunia, menyusul pengakuan UNESCO sejak 2019.
Dominasi di Kategori Tanding dan Seni
Dari 12 medali yang diraih Indonesia, 5 di antaranya berasal dari kategori tanding putra dan putri, sementara 7 lainnya berasal dari kategori seni tunggal, ganda, dan regu.
Beberapa atlet yang mencuri perhatian antara lain:
-
Fahriansyah Nurhuda (kelas D putra) – mengalahkan pesilat Malaysia dalam pertandingan yang disebut “duel klasik penuh teknik.”
-
Ayu Zahra (seni tunggal putri) – tampil memukau dengan jurus-jurus Minangkabau yang dibalut narasi teatrikal dan visual digital.
-
Tim regu putra – tampil dengan kostum Madura dan kombinasi gerakan yang serempak dan energik, mendapat standing ovation dari juri Turki dan Maroko.
Penampilan atlet Indonesia berhasil memadukan unsur tradisional dan modern, baik dalam ekspresi seni maupun pendekatan teknik pertarungan.
Teknologi Masuk ke Arena Pencak Silat
Kejuaraan dunia kali ini juga diwarnai oleh penggunaan teknologi terkini, seperti:
-
Scoring sensor suit di kategori tanding, yang mendeteksi akurasi pukulan dan tendangan.
-
Augmented Reality (AR) dalam penyajian seni regu, menciptakan efek visual budaya dan alam Nusantara di layar latar panggung.
-
Live AI Analytics yang memperlihatkan statistik gaya bertarung pesilat secara real-time.
Tim Indonesia bekerja sama dengan startup teknologi olahraga lokal, SilatVerse, untuk mengadaptasi pendekatan data dan visual yang modern. Ini merupakan bagian dari proyek besar “Silat 4.0”, gagasan dari Federasi Pencak Silat Indonesia (IPSI) untuk mengangkat pencak silat ke generasi digital.
Diplomasi Budaya dan Ekspansi Global
Selain prestasi di arena, keikutsertaan Indonesia di ajang ini juga menjadi bagian dari diplomasi budaya. Dalam sesi pembukaan, Indonesia menampilkan pertunjukan kolosal bertema “Silat dan Peradaban Maritim Nusantara” yang memukau delegasi dari 48 negara.
Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Dito Ariotedjo, yang hadir langsung di Ankara, mengatakan:
“Pencak silat adalah wajah Indonesia di dunia. Ini bukan hanya soal medali, tapi juga identitas dan martabat bangsa.”
Kejuaraan ini juga membuka peluang ekspansi silat ke Eropa dan Timur Tengah. Sejumlah negara seperti Turki, Prancis, dan Qatar menyatakan ketertarikannya untuk membangun pusat pelatihan silat berbasis Indonesia dengan mendatangkan pelatih langsung dari perguruan-perguruan silat tanah air.
Regenerasi Atlet dan Sistem Pembinaan Baru
IPSI kini mengembangkan program Silat Digital Academy dan Liga Silat Nasional U-17, yang akan mempertemukan bibit muda terbaik dari seluruh provinsi.
Pelatih tim nasional, Rachmat Hidayat, menekankan pentingnya kombinasi nilai tradisi dan sains olahraga modern dalam mencetak pesilat masa depan.
“Kami tidak ingin hanya menang, tapi juga memastikan pencak silat tetap hidup, adaptif, dan relevan untuk generasi selanjutnya,” ungkapnya.
Penutup: Silat Tak Lagi Bayangan Masa Lalu, Tapi Jalan Masa Depan
Keberhasilan Indonesia di Kejuaraan Dunia Pencak Silat 2025 membuktikan bahwa pencak silat bukan hanya warisan masa lalu, tetapi kekuatan budaya dan olahraga masa kini.
Dengan inovasi teknologi, narasi kuat, dan regenerasi berkelanjutan, pencak silat bukan hanya milik Indonesia — ia tengah menjelma sebagai olahraga bela diri dunia dengan jiwa Nusantara.